A. Pengertian Tunadaksa
Secara umum orang sering menyebut tunadaksa adalah
mereka yang memiliki kelainan fisik yaitu
suatu keadaan yang terganggu atau rusak sebagai akibat dari gangguan bentuk
atau hambatan pada otot, sendi dan tulang dalam fungsinya yang normal. Kondisi
ketergangguan ini bisa disebabkan oleh kecelakaan, penyakit atau juga bisa
disebabkan karena pembawaan sejak lahir.
Menurut Efendi Mohammad (2006) Tunadaksa adalah suatu
kondisi ketidakmampuan anggota tubuh dalam melaksanakan fungsinya yang
disebabkan oleh berkurangnya kemampuan anggota tubuh untuk melaksanakan
fungsinya secara normal.
Menurut Mudjito, dkk (2013: 30) Tunadaksa adalah individu
yang memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan neuro-muskular dan
struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan, termasuk
celebral palsy, amputasi, polio, dan lumpuh.
Tunadaksa yang diderita seseorang dapat terjadi
karena bawaan dari lahir atau disebabkan penyakit atau kecelakaan.Ada
orang-orang yang memang memiliki cacat tubuh semenjak lahir seperti bibir
sumbing, tidak memiliki lengan, atau tidak memiliki kaki.Hal ini bisa disebabkan
oleh banyak hal seperti keturunan/genetik, kelainan kromosom, kondisi yang
dialami ibu selama kehamilan, dan lain sebagainya.
Ada juga orang yang lahir dengan kondisi normal
namun karena terserang penyakit tertentu atau terkena kecelakaan hingga membuat
anggota tubuhnya mengalami kecacatan permanen. Contohnya seperti anak yang
terserang virus polio hingga membuat ia lumpuh.
Jadi tunadaksa adalah keadaan seseorang yang mengalami
gangguan pada anggota tubuhnya baik disebabkan oleh penyakit, kecelakaan atau dapat
juga disebabkan oleh pembawaan sejak lahir/genetik.
B. Faktor Penyebab Tunadaksa
Ada
beberapa macam sebab yang dapat menimbulkan kerusakan pada anak hingga menjadi
tunadaksa.Kerusakan tersebut ada yang terletak dijaringan otak, jaringan sumsum
tulang belakang, pada sistem musculus skeletal.Adanya keragaman jenis tunadaksa
dan masing-masing kerusakan timbulnya berbeda-beda.Dilihat dari saat terjadinya
kerusakan otak dapat terjadi pada masa sebelum lahir, saat lahir, dan sesudah
lahir.
1.
Sebab-Sebab Sebelum Lahir
(Fase Prenatal)
Pada fase ini, kerusakan terjadi
pada saat bayi masih dalam kandungan, kerusakan disebabkan oleh:
a. Infeksi
atau penyakit yang menyerang ketika ibu mengandung sehingga menyerang otak bayi
yang sedang dikandungnya, misalnya :
infeksi, sypilis, rubela, dan typhus abdominolis.
b. Kelainan
kandungan yang menyebabkan peredaran terganggu, tali pusat tertekan, sehingga
merusak pembentukan syaraf-syaraf di dalam otak.
c. Bayi
dalam kandungan terkena radiasi. Radiasi langsung mempengaruhi sistem syarat
pusat sehingga struktur maupun fungsinya terganggu.
d. Ibu yang sedang mengandung mengalami trauma
(kecelakaan) yang dapat mengakibatkan terganggunya pembentukan sistem syaraf
pusat. Misalnya :
ibu jatuh dan perutnya membentur yang cukup keras dan secara kebetulan
mengganggu kepala bayi maka dapat merusak sistem syaraf pusat.
2.
Sebab-Sebab Pada Saat Kelahiran (Fase Natal, Peri Natal)
Hal-hal yang dapat
menimbulkan kerusakan otak bayi pada saat bayi dilahirkan, antara lain:
a.
Proses kelahiran yang
terlalu lama karena tulang pinggang ibu kecil sehingga bayi mengalami
kekurangan oksigen, kekurangan oksigen menyebabkan terganggunya sistem
metabolisme dalam otak bayi, akibatnya jaringan syaraf pusat mengalami
kerusakan.
b.
Pemakaian alat bantu
berupa tang ketika proses kelahiran yang mengalami kesulitan sehingga dapat
merusak jaringan syaraf otak pada bayi.
c.
Pemakaian anestasi yang
melebihi ketentuan. Ibu yang melahirkan karena operasi dan menggunakan anestesi
yang melebihi dosis dapat mempengaruhi sistem persyarafan otak bayi, sehingga
otak mengalami kelainan struktur ataupun fungsinya.
3.
Sebab-sebab setelah
Proses kelahiran (fase post natal)
Fase setelah kelahiran
adalah masa mulai bayi dilahirkan sampai masa perkembangan otak dianggap
selesai, yaitu pada usia 5 tahun.
Hal-hal yang dapat
menyebabkan kecacatan setelah bayi lahir adalah:
a.
Kecelakaan atau trauma kepala,
amputasi.
b.
Infeksi penyakit yang
menyerang otak.
c.
Anoxia/hipoxia.
C. Ciri-Ciri Tunadaksa
1.
Anggota
gerak tubuh kaku/lemah/lumpuh.
2.
Kesulitan
dalam gerakan (tidak sempurna, tidak lentur/tidak terkendali).
3.
Terdapat
bagian anggota gerak yang tidak lengkap/tidak sempurna/ lebih kecil dari biasa.
4.
Terdapat
cacat pada alat gerak.
5.
Jari
tangan kaku dan tidak dapat menggenggam.
Kesulitan pada saat
berdiri/berjalan/duduk, dan menunjukkan sikap tubuh tidak normal
D.
Klasifikasi
Tunadaksa
Pada dasarnya menurut Direktorat Pendidikan Luar Biasa, kelainan
pada anak tunadaksa dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar, yaitu :
1. Kelainan Pada Sistem Serebral (Cerebral System Disorders).
Penggolongan anak tunadaksa kedalam kelainan sistem
serebral (cerebral) didasarkan pada letak penyebab kelahiran yang terletak
didalam sistem syaraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang).Kerusakan pada
sistem syaraf
pusat ini mengakibatkan bentuk
kelainan pada otak dan sumsum tulang
belakang yang
merupakan pusat aktivitas hidup manusia.Di dalamnya terdapat pusat kesadaran,
pusat ide,pusat kecerdasan, pusat motorik, pusat sensoris dan lain
sebagainya.Kelompok kerusakan bagian otak ini disebut Cerebral Palsy (CL).Cerebral
Palsy dapat diklasifikasikan menurut :
a.
Penggolongan Menurut Derajat Kecacatan
1)
Golongan Ringan
Mereka yang dapat berjalan
tanpa menggunakan alat, berbicara tegas, dapat menolong dirinya sendiri dalam
kehidupan sehari-hari. Mereka dapat hidup bersama-sama dengan anak normal
lainnya, meskipun cacat tetapi tidak mengganggu kehidupan dan pendidikannya.
2)
Golongan
Sedang
Mereka yang membutuhkan
treatment atau latihan
khusus untuk bicara, berjalan, dan mengurus dirinya sendiri, golongan ini
memerlukan alat-lat khusus untuk membantu gerakannya, seperti : brace untuk membantu
penyangga kaki, kruk atau tongkat
sebagai penopang dalam berjalan. Dengan pertolongan secara khusus, anak-anak
kelompok ini diharapkan dapat mengurus dirinya sendiri.
3)
Golongan
Berat
Mereka yang tetap membutuhkan
perawatan dalam ambulasi, bicara, dan menolong dirinya sendiri, mereka tidak
dapat hidup mandiri ditengah-tengah masyarakat.
b. Penggolongan
Menurut Topografi
1) Monoplegia,
hanya satu anggota gerak yang lumpuh.Misalnya : kaki kiri sedang kaki
kanan dan kedua tangannya normal.
2) Hemiplegia,
lumpuh anggota gerak atas dan bawah pada sisi yang sama.Misalnya : tangan kanan dan kaki
kanan, atau tangan kiri dan kaki kiri.
3) Paraplegia,
lumpuh pada kedua tungkai kakinya.
4) Diplegia,
lumpuh kedua tangan kanan dan kiri atau kedua kaki kanan dan kiri (paraplegia).
5) Triplegia,
tiga anggota gerak mengalami kelumpuhan. Misalnya :tangan kanan dan kedua
kakinya lumpuh, atau tangan kiri dan kedua kakinya lumpuh.
6) Quadriplegia,
anak jenis ini mengalami kelumpuhan seluruhnya anggota geraknya. Mereka cacat
pada kedua tangan dan kedua kakinya, quadriplegia disebutnya juga tetraplegia.
c. PenggolonganMenurut Fisiologi
1) Spastik
Type Spastik ini
ditandai dengan adanya gejala kekejangan atau kekakuan pada sebagian ataupun
seluruh otot. Kekakuan itu timbul sewaktu akan digerakan sesuai dengan
kehendak. Dalam keadaan ketergantungan emosional kekakuan atau kekejangan itu
akan makin bertambah, sebaliknya dalam keadaan tenang, gejala itu menjadi
berkurang. Pada umumnya, anak CP jenis spastik ini memiliki tingkat kecerdasan
yang tidak terlalu rendah.Diantara mereka ada yang normal bahkan ada yang
diatas normal.
2) Athetoid
Pada tipe ini
tidak terdapat kekejangan atau kekakuan.Otot-ototnya dapat digerakan dengan
mudah.Ciri khas tipe ini terdapat pada sistem gerakan.Hampir semua gerakan
terjadi diluar kontrol.Gerakan dimaksud adalah dengan tidak adanya kontrol dan
koordinasi gerak.
3) Ataxia
Ciri khas tipe
ini adalah seakan-akan kehilangan keseimbangan, kekakuan memang tidak tampak
tetapi mengalami kekakuan pada waktu berdiri atau berjalan.Gangguan utama pada
tipe ini terletak pada sistem koordinasi dan pusat keseimbangan pada otak.
Akibatnya, anak tuna tipe ini mengalami gangguan dalam hal koordinasi ruang dan
ukuran, sebagai contoh dalam kehidupan sehari-hari : pada saat makan mulut
terkatup terlebih dahulu sebelum sendok berisi makanan sampai ujung mulut.
4) Tremor
Gejala yang
tampak jelas pada tipe tremor adalah senantiasa dijumpai adanya gerakan-gerakan
kecil dan terus menerus berlangsung sehingga tampak seperti bentuk
getaran-getaran.Gerakan itu dapat terjadi pada kepala, mata, tangkai dan bibir.
5) Rigid
Pada tipe ini
didapat kekakuan otot, tetapi tidak seperti pada tipe spastik, gerakannya
tanpak tidak ada keluwesan, gerakan mekanik lebih tampak.
6) Tipe
Campuran
Pada tipe ini
seorang anak menunjukan dua jenis ataupun lebih gejala tuna CP sehingga
akibatnya lebih berat bila dibandingkan dengan anak yang hanya memiliki satu
jenis/tipe kecacatan.
2.
Kelainan
pada sistem otot dan rangka (Musculus Skeletal System).
Penggolongan anak tunadaksa kedalam kelompok system
otot dan rangka didasarkan pada letak penyebab kelainan anggota tubuh yang
mengalami kelainan yaitu: kaki, tangan dan sendi, dan tulang belakang.Jenis-jenis
kelainan sistem otak dan rangka antara lain meliputi:
a.
Poliomylitis
Penderita polio adalah mengalami kelumpuhan otot
sehingga otot akan mengecil dan tenaganya melemah, peradangan akibat virus
polio yang menyerang sumsum tulang belakang pada anak usia 2 sampai 6 tahun.
Menurut Muslim (1996:81) “tidak semua anak yang
terkena penyakit poliomyelitis berakhir dengan kelumpuhan. Kelumpuhan
akan terjadi pada penderita poliomyelitis manakala infeksi virus
tersebut mengakibatkan rusaknya sel-sel saraf motorik. Virus polio hanya
menyerang saraf - saraf motorik dan tidak menyerang saraf kecerdasan, sehingga
anak yang terserang virus polio masih bisa bersekolah dan bergaul dengan
teman-temannya”.Lingkungan tempat tinggal anak polio sering mengucilkan karena
anak sulit untuk melakukan penyesuaian diri dengan lingkungannya. Label negatif
sering diberikan kepada anak polio, yang membuat mereka semakin menarik diri
dari lingkungan dan pergaulan baik disekolah maupun dirumah.
b.
Muscle Dystrophy
Anak mengalami kelumpuhan pada fungsi
otot.Kelumpuhan pada penderita muscle dystrophy sifatnya progressif, semakin
hari semakin parah.Kondisi kelumpuhannya bersifat simetris yaitu pada kedua
tangan atau kedua kaki saja, atau kedua tangan dan kedua kakinya.
Referensi :
Referensi :
Khoiriyah. 2011. Konseling Behaviour dalam Menangani Anak
Tunadaksa. digilib.uinsby.ac.id. 05 Oktober 2017
Komentar
Posting Komentar