Budaya Organisasi


Organisasi adalah unit sosial, terdiri dari sekelompok orang yang berinteraksi untuk mencapai rasionalitas tertentu. Sebagai unit sosial, organisasi tersebut terdiri dari orang-orang dengan latar belakang sosial ekonomi, budaya, dan motivasi yang berbeda. Pertemuan budaya dan motivasi orang-orang dari berbagai latar belakang yang berbeda mempengaruhi perilaku individual dan menimbulkan masalah dalam proses keorganisasian kerena menyebabkan terjadinya benturan nilai-nilai individual yang dapat menjadi faktor pengganggu dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Oleh karena itu setiap organisasi perlu menciptakan nilai-nilai yang dianut bersama untuk membangun sistem keorganisasian guna menyeragamkan pemikiran dan tindakan serta mengubah perilaku individual ke perilaku organisasional. Organisasi sebagai wadah dimana orang-orang berkumpul, bekerjasama secara rasional dan sistematis, dalam memanfaatkan sumber daya organisasi secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Kerjasama yang terarah tersebut dilakukan dengan mengikuti pola interaksi antar individu atau kelompok dalam berinteraksi ke dalam maupun ke luar organisasi. Pola interaksi tersebut diselaraskan dengan berbagai aturan, norma, keyakinan, nilai-nilai tertentu sebagaimana ditetapkan organisasi pola interaksi tersebut dalam waktu tertentu akan membentuk suatu kebiasaan bersama atau membentuk budaya organisasi yang senantiasa mengontrol anggota organisasi. Dengan demikian budaya organisasi yang kuat merupakan pembentuk kinerja organisasi yang tinggi.

         Budaya Organisasi adalah sebuah karakteristik yang dijunjung tinggi oleh organisasi dan menjadi panutan organisasi sebagai pembeda antara satu organisasi dengan organisasi lain
Berikut pengertian budaya organisasi menurut para ahli :
1. Gareth R. Jones : budaya organisasi adalah suatu persepsi bersama yang dianut oleh anggota-anggota organisasi, suatu sistem dari makna bersama
2. Robbins : budaya organisasi adalah suatu sistem makna bersama yang dianut oleh anggota-anggota yang membedakan organisasi tersebut dengan yang lain.

            Berdasarkan ciri-ciri atau karakteristik organisasi, kita dapat memperoleh gambaran majemuk budaya suatu organisasi terkait. Gambaran tersebut dapat menjadi dasar untuk pemahaman bersama yang dimiliki para anggota mengenai organisasi itu, bagaimana urusan diselesaikan di dalamnya, dan cara para anggota berperilaku (Robbins, 1996 : 289). Terdapat 7 ciri-ciri budaya organisasi menurut O’Reily dan Jehn (Soetopo, 2010: 131-132) yaitu sebagai berikut [1].
1.    Inovasi dan pengambilan resiko (Innovation and risk taking)
      Sejauh mana karyawan didukung untuk menjadi inovatif dan mengambil resiko.
2.    Perhatian terhadap detail (Attention to Detail)
     Sejauh mana karyawan diharapkan menunjukkan kecermatan, analisis dan perhatian terhadap          detail.
3.    Orientasi hasil (Outcome Orientation)
      Sejauh mana manajemen memfokus pada hasil bukannya pada teknik dan proses yang                         digunakan untuk mencapai hasil tersebut.
4.    Orientasi orang (People Orientation)
     Sejauh mana keputusan manajemen memperhitungkan efek pada orang-orang di dalam                      organisasi itu.
5.    Orientasi tim (Team Orientation)
      Sejauh mana kegiatan kerja diorganisasikan sekitar tim-tim, ukannya individu.
6.    Keagresifan (Aggressiveness)
      Berkaitan dengan agresivitas karyawan.
7.    Kemantapan (Stability)
      Organisasi menekankan dipertahankannya budaya organisasi yang sudah baik.


Menurut Robbins (1996 : 294) bahwa fungsi budaya organisasi adalah sebagai berikut [1].
1.       Budaya menciptakan suatu peran pembeda. 
        Hal tersebut berarti bahwa budaya organisasi menciptakan suatu pembeda yang jelas antara               satu organisasi dengan organisasi yang lain.
2.       Budaya membawa suatu rasa identitas bagi anggota-anggota organisasi
3.     Budaya mempermudah timbulnya komitmen pada sesuatu yang lebih luas daripada kepentingan        diri individual seseorang
4.  Budaya merupakan perekat sosial yang membantu mempersatukan organisasi itu dengan memberikan standar-standar yang tepat untuk dilakukan oleh karyawan
5.       Budaya sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang memandu dan membentuk sikap serta perilaku karyawan



Jenis – jenis budaya organisasi dapat ditentukan berdasarkan proses informasi dan tujuannya [1].
Berdasarkan Proses Informasi
Robert E. Quinn dan Michael R. McGrath (dalam buku Moh. Pabundu Tika) membagi budaya               organisasi berdasarkan proses informasi sebagai berikut.
·         Budaya Rasional
Dalam budaya ini, proses informasi individual (klarifikasi sasaran pertimbangan logika, perangkat pengarahan) diasumsikan sebagai sarana bagi tujuan kinerja yang ditunjukkan (efisiensi, produktivitas, dan keuntungan atau dampak).
·         Budaya Ideologis
Dalam budaya ini, pemrosesan informasi intuitif (dari pengetahuan yang dalam, pendapat dan inovasi) diasumsikan sebagai sarana bagi tujuan revitalisasi (dukungan dari luar, perolehan sumber daya dan pertumbuhan).
·         Budaya Konsensus
Dalam budaya ini, pemrosesan informasi kolektif (diskusi, partisipasi, dan consensus) diasumsikan untuk menjadi sarana bagi tujuan kohesi (iklim, moral, dan kerja sama kelompok).
·         Budaya Hierarkis
Dalam budaya hierarkis, pemrosesan informasi formal (dokumentasi, komputasi, dan evaluasi) diasumsikan sebagai sarana bagi tujuan kesinambungan (stabilitas, control, dan koordinasi).


           Dampak Budaya Organisasi Kesinambungan organisasi sangat tergantung pada budaya yang dimiliki, budaya organisasi dapat dapat memberikan dampak sebagai daya saing andalan organisasi dalam  menjawab  tantangan  dan  perubahan.  Budaya  organisasi  pun  dapat berfungsi sebagai rantai pengikat dalam proses menyamakan persepsi atau arah pandang anggota terhadap suatu permasalahan, sehingga akan menjadi satu kekuatan  dalam  pencapaian  tujuan  organisasi. Beberapa dampak budaya organisasi dalam (Sikuyagora 2010) yaitu [1]
1.       Budaya  organisasi  membentuk  perilaku  staf  dengan  mendorong pencampuran  core  values   dan  perilaku  yang  diinginkan  sehingga memungkinkan  organisasi  bekerja  dengan  lebih  efisien  dan  efektif meningkatkan  konsistensi,  menyelesaikan  konflik  dan  memfasilitasi koordinasi dan kontrol. 
2.       Budaya organisasi membatasi peran yang membedakan antara organisasi yang satu dengan organisasi lain karena setiap organisasi mempunyai peran yang berbeda, sehingga perlu memiliki akar budaya yang kuat dalam sistem dan kegiatan yang ada di dalamnya,
3.       Menimbulkan rasa memiliki identitas bagi anggota; dengan budaya yang kuat anggota organisasi akan merasa memiliki identitas yang merupakan ciri khas organisasinya, 
4.       Mementingkan  tujuan  bersama  daripada  mengutamakan  kepentingan individu, Menjaga  stabilitas  organisasi;  komponen-komponen  organisasi  yang direkatkan oleh pemahaman budaya yang sama akan membuat kondisi internal organisasi relatif stabil. Keempat manfaat tersebut menunjukkan bahwa budaya dapat membentuk perilaku dan tindakan karyawan dalam menjalankan aktivitasnya. Oleh karena itu, nilai-nilai yang ada dalam oragnisasi perlu ditanamkan sejak dini pada diri setiap anggota.

Referensi :





Komentar